Popular Post

Sabtu, 3 September 2011

Perasaan itu datang lagi...

Sedaya upaya aku menghalang "kebencian" bertandang di hati, tapi aku kalah.. rasa benci itu hadir juga. Ya, dulu hatiku ini suci dipenuhi bunga-bunga kasih sayang yang mekar mewangi, lalu terukir dalam senyum yang cukup menyenangkan jiwa. Tapi, sekarang, aku sudah tidak tahu bagaimana ingin senyum bahagia.

Hati penuh dengan kedukaan dan kelukaan. Calar balar yang memilukan dan menyayatkan untuk digambarkan. Bukan aku tidak memaafkan di bulan mulia, tetapi bila diungkit dengan helaian-helaian hatiku yang lemut ini tentang kisah lalu, aku jadi sakit untuk melupakan. Darah derita sejarah itu, memedihkan seluruh urat nadi. Adainya ingatan ini hilang dan terus melupakan hal itu... mungkinkah aku akan lebih gembira? Menjadi seseorang yang lain, tidak kenal walau diri sendiri....

Aku harap kamu mengerti. Kini, Aku amat terluka dengan apa yang terjadi. Kamu tidak seperti dulu, melayani aku dengan kasih. Aku bagai Puteri yang diturut kehendak, di sayang dan dimanja semua... Pelbagai alasan kamu beri. Kamu kata sayang? tapi di mana? Makin hari makin berkira-kira. Aku makin cuak, muak, meloyakan.

Lama aku tunggu, tapi kamu mungkir lagi... Aku sudah tiada alasan yang cukup untuk menerima kamu lagi. Aku seperti diperbodoh. Kamu main tarik tali, bila sudah jauh, kamu melepaskannya, dan aku jatuh terjelupuk. Kamu entah di mana untuk menolong aku. Aku sendiri berusaha untuk bangun lagi. Bila mendekat kembali, kamu permainkan aku lagi, taburan janjimu penuh mewangi seluruh kamar hati sanubariku. Aku terpesona dan tergoda. Aku terjerat dan pesona yang samar dan sirna itu.

Bila wuduk menekap di wajahku, aku kembali sedar dan bugar. Aku ingin berpatah balik, tapi kamu sesatkan aku agar aku tidak bisa pulang ke pangkal jalan. Kamu tunjukkan aku jalan berliku yang penuh noda. Tapi berlakon seperti seorang alim yang akan membimbing aku ke jalan yang terang. Aku tertipu. Aku meronta berlari melepaskan diri, tapi masih gagal.

Dalam ketakutan dan pengharapan kepada Tuhan yang Berkuasa, aku tegaskan diri, dan teguhkan kaki menuju jalan entah ke mana hala... Yang aku mahu, JAUH DARIMU. Semoga Allah permudahkan aku. Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hidup aku, bukan kamu yang tentukan segalanya. Kamu juga insan lemah yang tiada apa.

coretan jiwa,
~shimnada, 3sept2011~

Tiada ulasan:

Catat Ulasan